e-kebumen

DARI ruang kerja sederhana inilah komunitas teknologi informasi (TI) e-Kebumen menjelajah dunia. Menempati sudut ruangan lantai dua Gedung Sekretariat Daerah Kebumen, mereka mengoperasikan situs www.e-kebumen.net, pusat informasi Kabupaten Kebumen.

Nama Kebumen pun melambung, karena e-Kebumen masuk putaran final ajang Stockholm Challenge Award (SCA) 2006, yang akan berlangsung pada 8-11 Mei mendatang di Stockholm, Swedia. Di ''kota seribu museum'' itu, e-Kebumen akan bersaing untuk meraih trofi bidang pendidikan.

SCA 2006 merupakan kolaborasi The Royal Institute of Technology dan Stockholm University, serta didukung oleh World Summit Internet Society. Tujuannya, mencari inisiatif terbaik dari komunitas lokal dalam menggunakan TI untuk meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian masyarakatnya.

Komunitas e-Kebumen masuk putaran final mengalahkan sekitar 3.000 peserta dari seluruh dunia di babak awal. Sebanyak 600 peserta berasal dari Indonesia. Setelah panitia SCA 2006 melakukan seleksi tiga tahap, terjaring 151 finalis dari 53 negara.

Mereka dibagi menjadi enam bidang: pendidikan, kesehatan, lingkungan, budaya, pembangunan ekonomi, dan administrasi publik. Dua tim dari Indonesia, e-Kebumen dan Yayasan Mitra Netra, Jakarta, berhasil menjadi finalis di kategori pendidikan.

Pendiri e-Kebumen, Bambang Dwi Anggono, menyatakan bahwa pihaknya melakukan persiapan khusus untuk berlaga di Swedia. "Bukannya meremehkan, tapi karena kendala dana. Belum ada sponsor yang bersedia mendanai kami ke Swedia," kata Bambang, yang berencana terbang ke Stockholm bersama Bupati Kebumen Rustriningsih.

Bambang yang juga Kepala Pusat Data Elektronik Kabupaten Kebumen itu mengungkapkan, sukses yang diraih e-Kebumen memang tak segampang membalik telapak tangan. Layaknya kota kecil lain di Indonesia, pengembangan TI di Kebumen pada awalnya hanya jalan di tempat.

Maklum, Kebumen hanyalah kota kecil. Daerah ini tercatat sebagai kabupaten termiskin ketiga di wilayah Jawa Tengah. Tak mengherankan, dana untuk pengembangan TI pun sangat terbatas. Hanya Rp 200 juta per tahun.

Internet di derah ini tergolong barang mahal dan jauh dari jangkauan kemampuan warga. Bahkan akses internet yang sempat dicicipi lewat jasa Wasantara Net terpaksa ditutup pada 2002. Alhasil, kurikulum pendidikan yang memasukkan TI dan komunikasi sebagai pelajaran wajib semua sekolah di Kebumen pun terhambat.

Teorinya sih, sekolah-sekolah bisa saja menyediakan akses internet lewat telkomnet@instan. Tapi mesti merogoh kocek sampai Rp 2 juta per bulan. ''Ini pun hanya mampu untuk maksimal lima komputer dari 20-an unit yang ada. Jadi, biaya operasionalnya sangat mahal,'' Bambang menegaskan.

Berbekal semangat membuka akses internet murah, Bambang membentuk komunitas e-Kebumen. Kemudian ia bersama 13 anggota e-Kebumen giat membuat aneka program terobosan. Mereka menggandeng beberapa investor guna membangun ISP (internet service provider).

Masuklah beberapa ISP, seperti Metacom, Sylcom, dan Yogya Media Net. ISP yang mau memberikan bandwith 2 mbps gratis itu turut menopang keberhasilan komunitas e-Kebumen menggelindingkan program melek TI. Komunitas ini juga aktif melobi Pemerintah Kabupaten Kebumen untuk bisa meminjamkan menara BTS pada ISP guna menekan investasi.

Hasilnya, tiap sekolah hanya perlu mengeluarkan dana Rp 700.000 per bulan untuk 30 unit komputer. Sedangkan ongkos berlangganan internet untuk keluarga bisa ditekan menjadi Rp 275.000 per bulan flat 24 jam. Biaya sewa internet lewat warnet pun terpangkas sampai sepertiganya.

Awalnya biaya sewa internet di Kebumen mencapai Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per jam. Sekarang hanya Rp 3.000 per jam. ''Kecepatannya juga lumayan. Ada yang 64 kbps untuk 12 PC, ada juga yang memakai 128 kbps,'' kata Bambang. Meski sudah murah, toh masih banyak warga Kebumen yang tidak mampu menyewa internet.

Tapi, untuk urusan memasyarakatkan TI, komunitas e-Kebumen tak kurang akal. Mereka membuat program Cyber Monday yang didukung ISP Kebumen Media Net. Layanan ini memberikan akses internet gratis setiap Senin selama enam jam. "Silakan saja berselancar sambil melakukan konferensi lewat instant messenger ke seluruh pelosok bumi," ujar Bambang.

Lebih dari itu, Bambang berharap, kelak setiap warnet bisa menggratiskan akses internet dua jam per hari. ''Kami juga akan membangun area hotspot alias internet nirkabel gratis di areal Alun-alun Kebumen khusus untuk malam Minggu,'' katanya.

Terobosan lain terus meluncur dari kawah e-Kebumen ini. Yakni kerja sama dengan televisi Kebumen, Ratih TV. Duet ini membuat program acara televisi "Kebumen Pintar". Agar tayangan pendidikan di Ratih TV dapat ditangkap di seluruh pelosok Kebumen, e-Kebumen dan Ratih TV memberikan pesawat televisi dan antena parabola pada sekolah-sekolah.

Walau begitu, menurut Bambang, perjuangan memerdekakan rakyat Kebumen dari buta internet dan buta TI belum usai. Kini mereka tengah berusaha membuat materi e-learning dan jaringan TI antarsekolah dengan memanfaatkan VoIP.

Juga membangun Kebumen ICT Garden sebagai pusat pembelajaran TI. ''Semoga e-Kebumen menang di Swedia, supaya penetrasi TI pada publik dan dunia pendidikan makin cepat terwujud,'' Bambang berharap.
*******

Pages