'Si Jukkot': Lalapan Sisingamangaraja XII

Pekerja HTI (Hutan Tanaman Industri) TPL menemukan satu jenis tanaman khas dan langka di hutan Tele, Humbang Hasundutan yang oleh masyarakat sekitar diidentifikasi sebagai salah satu jenis lalapan kegemaran Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII ketika memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda, jauh sebelum Indonesia Merdeka, 1945.

Tele, kawasan yang di dalamnya kini terdapat garis perbatasan kabupaten-kabupaten hasil pemekaran meliputi Dairi, Pakpak Bharat, Samosir dan Humbang Hasundutan, dikenal sebagai basis perjuangan gerilya Sisingamangaraja XII, sekaligus sebagai jalur perlintasan menuju Aceh. Di kawasan ini pulalah, persisnya di Desa Sionom Hudon, Sisingamangaraja XII bersama putrinya, Lopian, kemudian tewas setelah terkena peluru pihak Belanda sehingga menjadi pahlawan bagi Indonesia merebut kemerdekaan. Kesaktian, keberanian dan kepahlawanan Sisingamangaraja XII menjadi legenda dan sumber penghormatan, terutama pada masyarakat Batak, sampai-sampai sapaan terhadapnya pun, yakni "oppu i," yang secara harfiah berarti "tetua" mengandung makna penghormatan sangat tinggi.

Si Jukkot
Tanaman khas itu dikenal sebagai 'Si Jukkot' tumbuhan dengan tinggi bisa mencapai satu meter, daunnya memanjang dengan tepi yang tidak teratur serta ujung yang meruncing. Warna daunnya hijau kecokelat-cokelatan, serasi dengan warna batang yang putih kemerah-merahan. Secara anatomis, tumbuhan ini memiliki kandungan air tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari batang yang tumbuh segar dan mempunyai banyak getah berwarna putih. Si Jukkot dapat dijumpai di pinggir jalan di hutan dan tumbuh juga di antara tanaman pokok HTI, ekaliptus (eucalyptus sp). Tanaman ini menyenangi cahaya matahari hingga selintas dipahami penyebarannya di pinggir jalan oleh oppu i merupakan strategi untuk memudahkan perolehannya pada saat bergerilya.

Para pekerja HTI TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) kini ikut mengonsumsi Si Jukkot yang rasanya mirip daun ubi jalar, mengikuti tradisi masyarakat lokal yang meyakininya memiliki banyak khasiat. Sebelum dikonsumsi, daun tanaman ini terlebih dahulu dilayukan agar menjadi lembut. Belum ada penelitian terhadap kandungan Si Jukkot, tetapi masyarakat merasakan khasiatnya sebagai penambah nafsu makan dan memperlancar pencernaan, menambah stamina (vitalitas), dapat mengobati penyakit gondok (creatin), mengobati sakit lambung (maag), menurunkan sekaligus kolesterol, kadar gula darah dan resiko serangan kanker. "Ini semua memang masih memerlukan penelitian. Tetapi masyarakat mengaku merasakan khasiatnya dan mempercayainya," kata Monang Simatupang, SP, staf HTI TPL yang mengirimkan info Si Jukkot ini ke Medan.

Menurut penuturan para tetua di sekitar Tele, oppu i Sisingamangaraja XII dan laskarnya berperan penting dalam penyebaran Si Jukkot sehingga kini masih dapat dijumpai di berbagai subwilayah di Tele. Pembangunan HTI dan juga perkebunan, kata Monang, pada dasarnya menjalankan doktrin "perang total terhadap segala macam gulma" sebagai musuh utama tanaman pokok. Tetapi terhadap Si Jukkot, TPL bersikap lain, tidak menganggapnya gulma atau musuh, melainkan memperlakukannya sebagai tanaman khas dan langka yang mesti dilestarikan dan dilindungi. "TPL bahkan membudidayakannya," kata Monang.


Sumber:

08 Apr 07 09:12 WIB
Pekerja HTI Temukan 'Si Jukkot'
Lalapan Sisingamangaraja XII


WASPADA Online

Pages